must to remember:

Sejarah hanya mampu mencatat orang-orang yang menyisakan jejak dalam hidupnya. Bergeraklah...

Rabu, 26 November 2008

Butuh kesadaran global menghadapi Global Warming


Sadar tidak,,, kini hujan tidak lagi menjadi rahmat bagi kita.

Hujan baru beberapa hari saja turun, musibah banjir sudah menebarkan ”kesedihan” dan ”air mata” dikalangan rakyat kecil.

Curahan hujan dari langit secara langsung menjelma menjadi banjir yang tak bisa terbendung. Banjir menghancurkan sawah, kebun, tanaman, menghanyutkan manusia, ternak, rumah, dan harta penduduk.
Longsoran tanahpun menyusul dan menambah petaka yang diderita masyarakat.

Ada apa ...????

Marahkah Tuhan atas tindakan kita ???
Atas keegoisan kita ?????
Atas kesombongan kita ????
Dan bahkan Atas kerakusan / keserakahan kita ?????

Bosankah bumi melihat tindakan kita..???
Memperlakukannya seenaknya dan semaunya... tanpa ada rasa tanggung jawab sedikitpun dari kita_setelah dengan enaknya menikmati segala kekayaan didalamnya..!!!

Tidakkah kita punya rasa malu sedikitpun kepadanya,,,
Kepada bumi itu..yang telah memberikan semuanya. Menyediakan segala kebutuhan kita.

Tidakkah ada rasa malu dalam diri kita terhadap semua binatang...???
kepada burung-burung itu...???
Kepada sapi-sapi itu...???
Kepada ikan-ikan itu...???
Kepada semuanya yang kita sebut mereka binatang..

Semuanya menempati bumi ini, sama seperti kita.
Tapi mereka tidak sama dengan sikap kita terhadap bumi ini.
Mereka justru lebih bertangung jawab.
Binatang itu, tumbuh-tumbuhan itu,,,mereka tetap melakoni perannya dengan wajar. Sesuai garis yang telah ditetapkan, tidak minta ini dan itu.
Semua dilakukannya dengan penuh kesadaran, seolah-olah akal pikiran itu ada pada mereka.

Mereka semua juga Memanfaatkan segala kekayaan bumi ini. Sama seperti kita, seorang manusia..!!!!
Yang katanya makhluk yang paling sempurna diantara semua ciptaanNya...
Sempurna...!!!!

Dengan segala kelebihan yang dimilikinya,,,,
Yang katanya menjadi khalifah di bumi ini...

Menjadi pemimpin woeyyy,,,pemimpin!!!!!
Pemimpin atas semua yang ada di bumi ini. Bahkan semua yang ada di alam jagad raya ini.

Semua itu karena kesempurnaan yang kita miliki dibanding dengan makhluk lain.
Lantas, dimana kepedulian kita sebagai makhluk yang menyandang predikat tertinggi itu ???

Dimana wujud tanggung jawab kita atas semua yang kita miliki itu????
Pantaskah kita diberi gelar sebagai seorang ”Khalifah” itu ???
Tidakkah itu terlalu tinggi buat kita...???
Layakkah gelar itu ada pada diri kita?
Gelar yang diberikan langsung oleh Tuhan.
Dapatkah kita mempertanggungjawabkannya kelak...????

Terlalu sombongkah kita atas gelar semacam itu?Hingga tak lagi peduli dengan kejadian apa saja disekitar kita, selama kita masih bisa senang.
Selama kesusahan itu tidak menimpa diri kita...????

Sekali lagi, kemana tanggungjawab kita atas semua amanah yang kita pikul,,,???

Saya juga bingung.. Jawabnya apa.
Ketika bencana banjir bandang hanya menjadi tontonan para penikmat ”berita” di pagi hari, yang letaknya jauh diseberang sana. Di negeri orang.
Kini, telah ada didepan mata. Bahkan telah menjadi pemandangan biasa dalam negeri kita, bahkan dalam tempat tinggal kita.

Ketika tanah longsor hanya terjadi sekali dalam setahun. Paling tidak, ini tidak menyisakan sedih yang berkelanjutan dalam diri kita. Dan dapat kembali terganti dengan cerita-cerita bahagia setelahnya.
Kini, bencana itu telah menjadi topik utama dibeberapa media setiap harinya. Dan menjadikan bencana itu bukan lagi hal yang asing di telinga kita.
Sebuah bencana yang dianggap biasa-biasa saja di telinga masyarakat.
Nah, belum lagi ketika bencana angin puting beliung yang dulunya hanya terjadi di negara barat sana. Dan bahkan merupakan bencana yang tidak kita ketahui bagaimana wujudnya. Hanya menjadi bahan cerita bagi orang-orang yang berpengetahuan atau dari orang-orang terdahulu. Hanya menjadi bencana yang asing pada sebagian orang.

Kini, telah menimpa beberapa daerah di negeri kita. tak seperti biasanya, angin puting beliung menerjang ratusan tempat di berbagai titik.
Potensi malapetaka dahsyat yang secara perlahan atau bahkan mulai agak cepat dan pasti akan menjadi ancaman bagi kita sendiri.

Mungkin saat ini kita masih bisa tersenyum saja melihat bencana-bencana itu. Kita masih bisa mengeluarkan tawa meski isu ”global warming” lagi marak-maraknya di bahas di beberapa sudut dunia.
Namun, adakah senyum dan tawa itu kita miliki ketika bencana-bencana itu tlah ada di depan mata kita ??? Pasti tidaklah...tentu kita akan melakukan hal yang sama dilakukan oleh para korban amukan bumi itu.
Lalu, adakah yang mesti kita lakukan,,,? Jangan sampai kita hanya selalu dan selalu berharap semoga semua bencana itu tidak terjadi didepan mata kita.
Dengan kata lain, selama bencana-bencana itu tidak menimpa kita, kita akan terus berdiam diri di tempat kita dengan segala kesenangan yang masih bisa kita nikmati_meski kesusahan menimpa saudara-saudara kita di daerah seberang_

Segitu egoiskah kita,,,????
Tak salah lagi jika kita mengatakan, ”kerusakan alam” ini adalah hasil ciptaan manusia sendiri.

Disadari atau tidak, Bumi ini kian menderita...Kasian!!! sebuah kata yang cukup mewakili...
Lantas apa yang mesti kita lakukan???
Tinggal berdiam diri,,,

Melongo dan terus menikmati sisa-sisa kekayaan bumi ini???
Lari dari (skali lagi) ”tanggung jawab”...

Ataukah kita harus menunggu komando dari para ”pemerhati & pedili lingkingan” untuk membangunkan kita dari tidur panjang kita selama ini dan menggerakkan kaki kita untuk melakukan sesuatu..???

Ataukah harus menunggu kekuatan kita bisa terkumpul sebanyak-banyaknya untuk melakukan semua itu...??
Ataukah hanya menunggu waktu hingga ”kemauan” itu ada pada diri kita...????_entah sampai kapan_

Tidak ada yang dapat kita lakukan selain melakukannya SKARANG dan memulainya dari DIRI KITA....!!!

Sekecil apapun itu, pastinya itu akan sangat membantu mengatasi penderitaan bumi kita satu-satunya.
Tempat kita berpijak, tempat kita melekatkan kaki kita, tempat kita menikmati kekayaannya, dan masih banyak lagi yang membuat kita masih bisa ada hingga saat ini.
_kalo bumi ini tenggelam, kemana lagi kita akan mengungsi????

Tentu tidak akan ada lagi tim relawan atau tim SARS_yang beberapa tahun terakhir ini cukup familiar ditelinga kita, dengan bencana-bencana itu pastinya_

Tentu tidak akan ada lagi tenda-tenda pengungsian yang didirikan oleh jejeran TNI dan kawan-kawan

Tentu tidak akan ada lagi bantuan makanan, obat-obatan, dan sebagainya yang akan diberikan oleh para dermawan
Tentu tidak akan ada lagi program peduli SCTV yang akan membantu kita

Mengapa????

Karena semua sibuk mengurus diri masing-masing. Sibuk membantu diri masing-masing. Sibuk menjadi seorang ’dermawan’ bagi diri masing-masing.

Akankah kita menunggu hari itu????
Na’uzu billahi min zalik...!!!

Tidak ada komentar: