must to remember:

Sejarah hanya mampu mencatat orang-orang yang menyisakan jejak dalam hidupnya. Bergeraklah...

Selasa, 14 April 2009

Cerita Dibalik Penantian

Oleh: Yana Yan



“Mobilnya mana nih Nis? Kok belum nongol-nongol juga,” gerutuku kepada Nisa.
“Iya, udah jam sembilan neh. Takut kemalaman ke kota,” Alya menambahkan, lalu melangkah sedikit ke depan, mengayunkan tangannya ke samping setelah melihat penampakan sebuah mobil dari kejauhan. Bersiap-siap menghentikannya.
“Iya, sabar dikit napa? Tuh, smoga itu mobilnya. Smoga mau berhenti.” Nisa pun melangkah mendekati Alya, memasang gaya yang sama. Ini untuk yang kesekian kalinya. Setelah sebelumnya juga melakukan hal yang sama pada setiap mobil yang akan melintas. Tapi hasilnya, nihil! Kalo bukan truk, mobil pribadi, ataupun mobil pertamina saja yang melintas.
“Yahh,, mobil pribadi lagi…” aku kembali berceloteh dibelakang.
“Eh, lihat. Mobil itu berhenti!” ucap Alya sedikit lebih keras.
“Hmm,,mobil itu benar-benar berhenti. Padahal mobil pribadi. Smoga saja niatnya mau menolong kami-kami ini,” ucapku lirih, sambil bangkit dari dudukku. Berjalan menghampiri Nisa dan Alya yang sudah mendekati mobil yang berhenti itu.
“Al, Nay, naik mobil ini saja ke Pinrang kota. Bapak ini bersedia ngasih tumpangan kok,” bisik Nisa beberapa menit setelah ia berbicara dengan orang-orang yang ada di dalam mobil itu.
“Tak ada pilihan, hari semakin malam. Dari tadi kita menunggu, mobil penumpang belum datang-datang juga. Biarlah, kita numpang di sini saja. Bersyukur, sudah ada yang mau menolong kita,” jawabku, sambil menoleh ke Alya. Alya mengangguk tanda setuju.
“Ya sudah. Hati-hati ya… kasih info kalo udah nyampe.” Sambil membantu memasukkan tas kami ke dalam mobil, Nisa pun menyalami kami.
“Hati-hati…” kembali Nisa berbisik.
***
“Nay, jangan tidur ya. Tahan dulu ngantuknya. Bagaimanapun, kita harus waspada.” Alya menyodorkan HPnya, dan memperlihatkan tulisan ini. Ya, aku paham. Tidak mungkin Alya ngomong langsung ke saya, takut kedengaran ma orang-orang di mobil ini.
Meski di dalam mobil ini ada 1 orang cewek, tapi sumpah kami was-was juga. Takut kenapa-napa. Bayang-bayang kasus hipnotis bergelayut ria di benakku. Ah, semoga tidak!
Dasar aku yang sudah tak mampu lagi menahan kantuk, akhirnya tertidur juga. Peringatan Alya tadi tak mampu kuterapkan. Kelelahan pasca perjalanan dari gunung tadi benar-benar membuatku tak mampu berkutik. Aku terlarut di punggung Alya.
***
“Napa Al, udah nyampe?” sambil mengucek-ngucek mata, aku memandang keluar. Melongo kebingungan.
Kok tidak terasa? Ya iyalah, wong dari tadi udah tertidur pulas.
“Iya, ayo bangun, kita udah nyampe. Tuh, abangku udah nunggu di depan sana.” Alya pun turun dari mobil. Aku membuntuti, sambil menenteng tasku.
“Al, bayar berapa nih?” bisikku ke telinga Alya, sekecil mungkin.
“Ngga’ usah bayar kali.” Jawab Alya singkat, lalu ia mendekati mobil tadi. Menutup pintu bagian tengah, tempat dudukku tadi. Sambil tersenyum, Alya mengucapkan terima kasih kepada mereka, para penghuni yang berada di dalam mobil itu.
***
“Siapa Al?”
“Hasan, cowok yang tadi di mobil itu.”
“Ngapain malam-malam gini nelpon.”
“Ntahlah,,, katanya cuma menginfokan saja kalo dia udah di Barru.”
“Trus?”
“Dia ngajak ketemuan kapan-kapan,” jawab Alya lesu, sambil melempar badannya ke atas kasur.
“Hmm,,sembarangan tuh orang. Jangan-jangan…”
“Napa Nay?”
“Kamu juga Al, bisa-bisanya ngasih nomormu. Kamu nggak takut?”
“Ya takut juga sih. Tapi tadi benar-benar nggak mikir apa-apa. Kamu juga sih, pake acara tidur. Dibilangin nggak usah tidur.”
“Kecolongan Al, ngantuk berat. Hmm,,ganti nomor saja Al.”
“Liat nantilah. Kalo dia nelpon lagi, aku nggak bakal angkat.”
HP Alya kembali berdering…
“Nay, dia lagi!” bisik Alya.
“Nggak usah angkat!”
Panggilan itu akhirnya berhenti juga. Tapi, tiba-tiba ada SMS masuk.
Met tidur,,,Mimpi yg indah y!kpn2 gw hubungi lg, kpn & d mn qt bs ketemu. sampe ktmu d Mkssar…
“Maksudnya??!!” aku dan Alya berteriak hampir bersamaan.