Menelisik Duka di Bumi Palestine
Duka terkuak,
Tercabik-cabik jiwa melihatnya
Tatapan kosong penuh arti
menamparku di sini
:adakah sedih melihatnya?
Kuterdiam di sini
Di sini kumerenung
Kurogoh nyaliku di sini
Di sini kumulai mengenang
Ku kais kuatku di sini
Di sini ku akan mulai beranjak
Ku raba mimpinya di sini
Di sini ternyata aku hanya diam
Tak ada nyali yang kudapat
Tak ada kekuatan yang kukumpul
Tak ada mimpi yang kupeluk
Aku terhentak,
Wajah itu ternyata kian buram
Tak ada warna,
apalagi canda
Hanya tangis yang berkeliaran
Aku tersadar,
Diamku tak sanggup mengobatinya
Akhirnya aku bangkit
Ingin kuhentakkan kakiku di wajahnya
Wajah yang tak kenal dosa
Wajah yang telah mengumbar kebohongan
Wajah yang telah menaburkan derita
Wajah yang telah menampakkan kebusukan
Biar ia hancur
Bukan hanya hancur
Tapi kuingin ia enyah dari sini
Enyah dari tatapku
Enyah dan tak kan pernah kembali
Nurani Bertanya*)
Hati bergeming
Lagi, dan lagi…
Sejuta tanya trus menggelinding dalam dada
: sesak!
Asa mati sudah
Hilang tergilas ego
Tenggelam ditelan nafsu
Terkoyak nurani memandangnya
: sinis!
Tak sanggup lagi menatapnya lama
Daging ditemani darah,
Tulang bercerai tiada bentuk
Air mata tak sanggup lagi terbendung,
Terurai tiada sanggup kumenahan
Lalu, timbul tanya:
Adakah sakit di jiwa ini melihatnya?
Senja,
ia bahkan tlah pergi
Meninggalkan mereka yang terkubur sedih
Bendera kebebasannya bahkan tak lagi berkibar
Tak ada ruang ’tuk bersua dengan Bapak Ibunya
Longlongan minta tolong
terus menyeruak di tanah kelam itu
Derita,
ketidakadilan,
kemunafikan,
kebusukan,
:semua!!!
Semua menyatu menamparnya
Lalu, timbul lagi tanya:
Masihkah kita terbahak melihatnya?
Tawa, kini berganti duka
Damai bahkan berganti kelam
Sunyi, juga berganti isak
Tak ada siang,
Malam pun begitu
:hilang!!!
Langit bahkan tak bergeming
Lemparan peluru-peluru bangsat menghapus semuanya
Mengkerdilkan asa yang dulu pernah buas
Menelan rahmat yang dulu pernah tumbuh
Dan kembali timbul tanya di sini:
Adakah sakit di jiwa ini melihatnya?
Kawan,
Palestina kini menangis
Palestina terlunta sudah,
Tak bosannya ku bertanya:
Pantaskah kita terbahak?
Atau hanya berdiam
melihatnya tercabik nurani?
Hati kian menjerit
Ingin kuteriak:
Kawan, Palestine sudah hampir mati!!!
Para budak rakus itu
telah menikamnya bebas
Tak hanya menikam jasad,
Nurani,
Jiwa,
Asa,
:semua!!!
Semua mereka embat tanpa rasa dosa
Sekali lagi ku bertanya,
:tidakkah terguncang nurani?
Kawan, tahukah:
Pertolongan adalah harapannya
Teriakan takbir adalah kekuatannya
Doa adalah asanya
Kedamaian adalah mimpinya
Aku tak mau diam disini
Menjadi pecundang,
Dengan santai menyaksikannya di layar kaca
Karena itu bukan kisah pelipur lara
Meski dalam gerak yang terlunta
asaku masih ada
tuk menopang asanya yang semakin kerdil
Aku tak mau asa itu benar hilang adanya
Ingin ku bertanya kepada kalian:
Adakah sakit di jiwa ini melihatnya?
Kawan,
Meski kau tak punya nyali,
Meski kau tak punya ingin,
Meski kau tak punya langkah,
Tapi mereka,
Mereka masih punya Rabb
Yang Dia lebih besar dari nyalimu
Yang Dia lebih besar dari inginmu
Yang Dia lebih besar dari langkahmu
*)Ketua FLP Ranting Unhas,
Aktifis PII (Pelajar Islam Indonesia)
Terkuak duka di Bumi Palestine
Mulut dibungkam caci
Hati dibalut hina
Jiwa tergores luka
Tangan ditebas nafsu
Wajah tertampar umpat
Tanah terinjak jiwa-jiwa rakus
Asa tertelan amarah
:semua!!!
Semua termakan peluru hina
Semua tertelan bom Sang biadab
Semua tergilas tanker-tanker gila
Semua terkoyak senjata penuh kutuk
Menjadikan palestin kering kerontang
Membuat orang palestin bergelimang darah
Semua,,
Semua terlunta sudah
Karena sikap yang terasuk ego,
Karena jiwa yang tergilas nafsu
Karena hati terbalut dosa..