must to remember:

Sejarah hanya mampu mencatat orang-orang yang menyisakan jejak dalam hidupnya. Bergeraklah...

Rabu, 07 Januari 2009

sajak-sajak palestine

Menelisik Duka di Bumi Palestine

Duka terkuak,

Tercabik-cabik jiwa melihatnya

Tatapan kosong penuh arti

menamparku di sini

:adakah sedih melihatnya?

Kuterdiam di sini

Di sini kumerenung

Kurogoh nyaliku di sini

Di sini kumulai mengenang

Ku kais kuatku di sini

Di sini ku akan mulai beranjak

Ku raba mimpinya di sini

Di sini ternyata aku hanya diam

Tak ada nyali yang kudapat

Tak ada kekuatan yang kukumpul

Tak ada mimpi yang kupeluk

Aku terhentak,

Wajah itu ternyata kian buram

Tak ada warna,

apalagi canda

Hanya tangis yang berkeliaran

Aku tersadar,

Diamku tak sanggup mengobatinya

Akhirnya aku bangkit

Ingin kuhentakkan kakiku di wajahnya

Wajah yang tak kenal dosa

Wajah yang telah mengumbar kebohongan

Wajah yang telah menaburkan derita

Wajah yang telah menampakkan kebusukan

Biar ia hancur

Bukan hanya hancur

Tapi kuingin ia enyah dari sini

Enyah dari tatapku

Enyah dan tak kan pernah kembali



Nurani Bertanya*)

Hati bergeming

Lagi, dan lagi…

Sejuta tanya trus menggelinding dalam dada

: sesak!

Asa mati sudah

Hilang tergilas ego

Tenggelam ditelan nafsu

Terkoyak nurani memandangnya

: sinis!

Tak sanggup lagi menatapnya lama

Daging ditemani darah,

Tulang bercerai tiada bentuk

Air mata tak sanggup lagi terbendung,

Terurai tiada sanggup kumenahan

Lalu, timbul tanya:

Adakah sakit di jiwa ini melihatnya?

Senja,

ia bahkan tlah pergi

Meninggalkan mereka yang terkubur sedih

Bendera kebebasannya bahkan tak lagi berkibar

Tak ada ruang ’tuk bersua dengan Bapak Ibunya

Longlongan minta tolong

terus menyeruak di tanah kelam itu

Derita,

ketidakadilan,

kemunafikan,

kebusukan,

:semua!!!

Semua menyatu menamparnya

Lalu, timbul lagi tanya:

Masihkah kita terbahak melihatnya?

Tawa, kini berganti duka

Damai bahkan berganti kelam

Sunyi, juga berganti isak

Tak ada siang,

Malam pun begitu

:hilang!!!

Langit bahkan tak bergeming

Lemparan peluru-peluru bangsat menghapus semuanya

Mengkerdilkan asa yang dulu pernah buas

Menelan rahmat yang dulu pernah tumbuh

Dan kembali timbul tanya di sini:

Adakah sakit di jiwa ini melihatnya?

Kawan,

Palestina kini menangis

Palestina terlunta sudah,

Tak bosannya ku bertanya:

Pantaskah kita terbahak?

Atau hanya berdiam

melihatnya tercabik nurani?

Hati kian menjerit

Ingin kuteriak:

Kawan, Palestine sudah hampir mati!!!

Para budak rakus itu

telah menikamnya bebas

Tak hanya menikam jasad,

Nurani,

Jiwa,

Asa,

:semua!!!

Semua mereka embat tanpa rasa dosa

Sekali lagi ku bertanya,

:tidakkah terguncang nurani?

Kawan, tahukah:

Pertolongan adalah harapannya

Teriakan takbir adalah kekuatannya

Doa adalah asanya

Kedamaian adalah mimpinya

Aku tak mau diam disini

Menjadi pecundang,

Dengan santai menyaksikannya di layar kaca

Karena itu bukan kisah pelipur lara

Meski dalam gerak yang terlunta

asaku masih ada

tuk menopang asanya yang semakin kerdil

Aku tak mau asa itu benar hilang adanya

Ingin ku bertanya kepada kalian:

Adakah sakit di jiwa ini melihatnya?

Kawan,

Meski kau tak punya nyali,

Meski kau tak punya ingin,

Meski kau tak punya langkah,

Tapi mereka,

Mereka masih punya Rabb

Yang Dia lebih besar dari nyalimu

Yang Dia lebih besar dari inginmu

Yang Dia lebih besar dari langkahmu

*)Ketua FLP Ranting Unhas,

Aktifis PII (Pelajar Islam Indonesia)




Terkuak duka di Bumi Palestine

Mulut dibungkam caci

Hati dibalut hina

Jiwa tergores luka

Tangan ditebas nafsu

Wajah tertampar umpat

Tanah terinjak jiwa-jiwa rakus

Asa tertelan amarah

:semua!!!

Semua termakan peluru hina

Semua tertelan bom Sang biadab

Semua tergilas tanker-tanker gila

Semua terkoyak senjata penuh kutuk

Menjadikan palestin kering kerontang

Membuat orang palestin bergelimang darah

Semua,,

Semua terlunta sudah

Karena sikap yang terasuk ego,

Karena jiwa yang tergilas nafsu

Karena hati terbalut dosa..