Dalam rentetan waktu,
kutelusuri setiap ranah
Nalar terpacu
melawan setiap keganasannya
Hati menjerit
menahan kecamannya
Namun,
Tak perlu kuberlari darinya
Segala asa siap kumuntahkan
Untuknya...
Ya, untuknya!
Dalam pergantian siang,
kemudian menjadi malam,
Lalu kembali pagi
Aku bergulat nafsu
Ditemani asa yang semakin kerdil
Dengan segala daya
Tapi hanya tipu yang kudapat
Ternyata, aku menuai sesal
Kesadaran baru kerenggut
Tameng-tameng kehidupan,
kini berjejer siap menghujatku
Aku bimbang
Kuhembuskan kebingungan
disetiap desahan nafasku
Ingin ku segera lari
Namun, dunia ternyata begitu sempit
Dan waktu
kini semakin mengintai
Aku pun menyerah
:pada keganasannya
pada kekuasaannya
pada kehebatannya,
Aku taubat!
aku menyerah!
Dan diam adalah perisaiku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar